English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

25 Juni 2014

Perang di Ujung Karawang

-Eksekusi 350 Hektare Lahan Diwarnai Perlawanan

KARAWANG, SK - Tiga akses vital di Karawang yakni Interchange Karawang Barat, Gerbang Tol Karawang Barat dan gerbang Tol Karawang Timur, lumpuh total selama beberapa jam akibat diblokade warga yang marah akibat eksekusi lahan seluas 350 hektare di tiga desa di Kecamatan Telukjambe Barat, Selasa (24/6). Bentrokan tak bisa dihindarkan ketika Polisi berusaha membubarkan mereka dengan menggunakan watercannon.
Lumpuhnya ketiga akses tersebut terjadi sekitar pukul 07.30 WIB saat dimana ribuan masyaSKt mulai beraktivitas. Ribuan kendaraan yang melintas di tiga titik itu nyaris tak bisa bergerak. Sekitar dua jam, para pengendara yang melintas di jalur tersebut hanya bisa terdiam. Mereka tak bisa melajukan kendaraannya lantaran ruas jalan ditutup oleh warga dan serikat buruh.
Tak hanya akses vital di tiga desa itu yang terputus. Ribuan buruh di pabrik yang ada di kawasan tersebut pun, terpaksa harus bolos bekerja dan turun dari bus karyawan, hingga tertahan di kawasan Interchange Tol Karawang Barat. Bentrokan antara warga yang dibantu serikat pekerja dengan pihak aparat keamanan terjadi ketika Kabag Ops Polres Karawang Kompol Imam Rahman bersama ratusan personel Dalmas Polres Karawang minta kepada mereka agar membuka ke tiga akses vital yang ditutup tersebut. "Kami cuma minta kalian untuk membuka akses jalan. Ini sarana vital masyaSKt yang sifatnya umum. Jadi kami harap kalian bisa mengerti dan segera buka akses jalannya," tegas Kabag Ops Polres Karawang.
Permintaan Kabag Ops tersebut tidak langsung dituruti pendemo. Mereka malah balik melakukan perlawanan hingga aparat Dalmas Polres Karawang menyiramkan water canon.
Mendapati siraman water canon, warga dan serikat buruh mundur dan tambah bringas, melakukan pelemparan kepada petugas, hingga bentrokan pun pecah. Beruntung, hanya dalam hitungan waktu kurang dari satu jam, situasi di interchange dan gerbang tol Karawang Barat bisa dikuasi, hingga akses itu lancar kembali dilalui berbagai kendaraan. Dalam bentrokan itu, seorang anggota serikat buruh terluka serius di bagian kepalanya.
Seorang tokoh masyaSKt di Karawang Barat, H Aep mengatakan, aksi tersebut spontan dilakukannya sebagai rasa solidaritas pada warga dan petani di tiga desa di Telukjambe Barat yang lahannya akan dieksekusi. "Pada intinya, kami menolak eksekusi itu," ucapnya.
Ketegangan juga terjadi di Lapangan Konsorsium Desa Wanasari, Kecamatan Telukjambe Barat. Di salah satu lokasi eksekusi tersebut, ratusan warga yang menolak eksekusi itu melakukan berbagai aksi penentangan. Dimulai dengan orasi yang dilanjutkan dengan salat zuhur berjamaah. Namun saat warga tengah melakukan salat berjamaah di tengah jalan Konsorsium, Bupati Karawang Ade Swara datang ke lokasi. Orang nomor satu di Pemkab Karawang itu pun bersama Kapolres AKBP Daddy Hartadi melakukan mediasi dengan warga.
Dalam mediasi itu, perwakilan warga tiga desa, Amandus Juang mengatakan penolakan yang dilakukan warga lantaran dalam pelaksanaan eksekusi ini pihak pengeksekusi tidak menjelaskan secara rinci terkait batasan dan lahan yang akan dieksekusi. "Sebenarnya kami bisa menerima eksekusi kalau batasan dan lahan yang akan dieksekusi itu jelas. Kami mohon eksekusi ini ditunda sampai pihak yang mengeksekusi bisa memberikan jawaban terkait hal tadi," katanya.
Bupati Karawang agaknya tidak mampu berbuat apa-apa. Dia pun seolah menerima keputusan PN Karawang terkait eksekusi lahan seluas 350 ha tersebut. Situasi makin memanas saat ada sejumlah warga yang menyiarkan kabar adanya korban meninggal yang dilakukan aparat kepolisian. Kabar itu kemudian menyulut emosi warga lainnya hingga melakukan pelemparan dan penyerangan terhadap aparat kepolisian.
Mendapati perlakuan tersebut, aparat Brimob dan Dalmas tidak terpancing. Mereka hanya melakukan formasi kuda-kuda dan memerintahkan warga untuk meninggalkan lokasi eksekusi.
Lagi-lagi, warga melakukan aksi duduk di lokasi eksekusi, hingga aparat keamanan membubarkannya dengan semprotan water canon. Kapolres Karawang AKBP Daddy Hartadi di lokasi eksekusi mengatakan, dalam hal ini pihak kepolisian hanya melakukan pengamanan dan penjagaan, supaya pelaksanaan eksekusi bisa berjalan secara kondusif. Ditanya soal kabar adanya warga yang tewas dalam bentrokan tersebut, Daddy pun menggelengkan kepalanya. "Kabar itu tidak benar," ujarnya singkat.

Karawang Timur Juga Lumpuh
Aksi warga Telukjambe Barat yang menolak eksekusi lahan seluas 350 hektare di tiga desanya berdampak pada kemacetan lalulintas di dalam kota Karawang. Pemblokiran tiga akses vital yakni Interchange Karawang Barat, Gerbang Tol Karawang Barat dan gerbang Tol Karawang Timur membuat ribuan kendaraan bermotor di dalam kota menumpuk.
Kasatlantas Polres Karawang AKP Rano Hadiyanto mengatakan, kemacetan terjadi karena aksi sweeping yang dilakukan oleh serikat buruh dan LSM. Sebelumnya sempat terjadi kericuhan saat Dalmas Polres Karawang mencoba membubarkan massa dengan menembakan gas air mata ke kerumunan warga yang dinilai warga mengganggu arus lalulintas.
Di tempat lain, aksi demonstrasi buruh yang berlangsung di pintu tol Karawang Timur membuat kendaraan yang hendak keluar masuk tol tersendat. Buruh melakukan pemblokiran di sepanjang jalan akses masuk menuju pintu tol. Andra, warga setempat mengatakan, dirinya terjebak macet dari jam 13:00 hingga pukul 15:00 saat hendak melintas daerah Klari. "Sekitar pukul 2 siang, saya melihat rombongan Brimob sedang membubarkan massa yang menutup jalan di lampu merah Klari, akhirnya saya terjebak selama dua jam," ujarnya.
Hal sama dialami Adi, seorang karyawan sebuah perusahaan leasing. Dia terjebak di lampu merah Klari saat hendak pulang dari tempat kerjanya dari arah Cikampek menuju Karawang. "Saya melihat ribuan anggota brimob sedang membubarkan aksi massa buruh yang demo, soalnya rame banget dan macet," terangnya.
Danton Dalmas Polres Karawang Aiptu Bahrudin membenarkan telah terjadi aksi massa di jalan Klari, namun telah dibubarkan oleh anggota Brimob dan Dalmas. "Anggota terpaksa menembakkan gas air mata, karena tindakan massa dinilai menganggu kepentingan umum," bebernya.
Meski demikian menurut Aiptu Bahrudin, sekitar pukul 16:00 suasana di lokasi sudah mulai cair massa sudah dapat dikendalikan. "Ya saat ini sudah mulai cair, insya Allah lalulintas dapat berjalan lancar kembali," pungkasnya. (ops)

Cerita lainnya :