English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

26 Juni 2014

Jangan Selewengkan BSM

Bantuan Siswa Miskin (BSM) diminta Kepala UPTD Paud/SD Kecamatan Tempuran Ana Juana agar alokasinya bisa dibelanjakan secara tepat sasaran oleh para orangtua/wali murid. Pasalnya, besaran BSM Rp 360 ribu per tahun itu acapkali digunakan untuk kepentingan keluarga tanpa melihat kondisi alat-alat sekolah putra-putrinya.
"Berulang kali saya ingin tegaskan kepada semua kepala sekolah dan orangtua murid agar BSM bisa tepat penggunaan untuk menopang siswa belajar," katanya saat ditemui SK, Rabu (25/6).
Ana menambahkan, saat ini dirinya miris saat bertanya kepada beberapa siswa yang menerima BSM, pasalnya peralatan sekolah seperti baju dan sepatu masih compang-camping, padahal sudah dijamin oleh BSM. Jawaban para siswa tersebut, uang BSM yang diberikan itu diberikan lagi kepada orangtuanya untuk membeli sembako, beras sampai emas.
Di lain sisi, sepatu dan baju anaknya sendiri saat bersekolah masih kurang layak untuk dipakai, hal inilah yanhg ingin dirinya tegaskan di setiap momen pertemuan dengan orangtua. Ditambahkan Ana, BSM peruntukan penggunaanya sudah jelas untuk anak sekolah yang kurang mampu. Hal itu ditunjukan lewat kepemilikan keluarganya yang memiliki Kartu Jaminan Sosial (KJS), karenanya meskipun setiap tahun pihaknya mengajukan dan tidak terealisir semua karena yang menentukan adalah pusat, dirinya mewanti-wanti agar yang sudah ada bisa dibenahi terlebih dulu utamanya pembelanjaannya. "Orangtua kan punya jaminan lain seperti Jamkesmas, BLT ataupun PKH, maka khusus untuk BSM ini harus prioritaskan membeli baju, sepatu dan peralatan sekolah lainnya," harapnya.
Lebih jauh Ana menambahkan, dirinya berinisiatif membuat kebijakan agar para kepala sekolah di lingkungannya menyisir penggunaaan dana tersebut, minimal para orangtua harus memberika kwitansi kepada sekolah. A,rtinya saat uang itu dicairkan, pembelanjaannya harus menggunakan kwitansi pembelian alat sekolah apa saja. Hal itu dilakukan bukan menaruh ketidakpercayaan atau curiga kepada setiap orangtua murid, tetapi kebijakan tersebut agar para orangtua memiliki tanggungjawab terhadap anaknya yang bersekolah, karena anak sekolah itu bukan ajang menghasilkan uang dan dibelanjakan semaunya, akan tetapi lebih pada sisi tanggungjawabnya pada para siswa," uang cair, segera belanjakan dan harus menggunakan kwitansi," tandasnya.
Ia berharap, pihak sekolah harus lebih selektif dalam menyisir administrasi ini untuk pelaporan, termasuk ajuan kembali untuk BSM agar memastikan ketidakmampuan keluarga siswa itu benar-benar valid. Ia mengaku tidak hapal detail berapa siswa yang medapatkan BSM di Tempuran lantaran jumlah ajuan dan jumlah yang akan terealisasi turun dari pusat ke sekolah tanpa transit ke UPTD. Pihaknya lanjut Ana, hanya mengecek saat hendak pencairan dan pelaporan realisasi dari sekolah-sekolah. "Kita terus pantau dan memintai laporan dari sekolah-sekolah," pungkasnya. (rud)

Cerita lainnya :