English French Spain Russian Portuguese Japanese Korean Chinese Simplified

01 Juli 2014

Purwakarta Sarat Wisata Religius

DARANGDAN, SK - Berziarah ke makam para sesepuh bagi sebagian masyaSKt sudah menajadi tradisi. Salah satunya menziarahi makam Eyang Balung Tunggal di Kampung Cikolot, Desa Mulyamekar, Kecamatan Darangdan. Sejak hari pertama ramadan makam ini banyak mendapat kunjungan peziarah.

Makam tersebut berlokasi di sebelah timur Purwakarta atau berjarak 60 KM dari pusat kota. Tak hanya masyaSKt sekitar, para peziarah sering berdatangan dari luar Purwakarta. Seperti Cianjur, Sukabumi, Karawang, Subang, Sumedang, Bandung dan Bekasi. Mereka sengaja untuk berziarah, mendoakan dan mencari berkah.
Juru kunci makam keramat Eyang Balung Tunggal, Irat (54) menjelaskan, pihaknya ditunjuk untuk menjadi juri kunci pemakaman oleh para leluhurnya yang diturunkan secara turun temurun. Meski tidak mengetahui secara persis riwayat Eyang Balung Tunggal, pihaknya sedikit menceritakan jika Balang Tunggal tidak memiliki pusar seperti manusia pada umumnya. Dengan tinggi badan sekitar 3 meter, Balang Tunggal tidak pernah menikah.
Balung Tunggal semasa hidupnya dikenal sebagai panglima perang paling tangguh dan sulit dikalahkan oleh lawan lawannya. Hal tersebut disebabkan karena Balung Tunggal memiliki adiluhung dan aura wibawa yang begitu kuat terpancar pada dirinya, sehingga orang-orang menaruh segan dan risih bila berhadapan dengannya. "Bila berjodoh, permohonan peziarah dapat terkabul," ujarnya.
Pihaknya tidak bisa menceritakan secara detail niat dan keinginan peziarah, karena alasan privasi. Sehingga sang juru kunci tidak mau membukanya secara terang-terangan niat masing-masing peziarah yang datang. "Kalau itu privasi mereka, harus dihormati. Jadi tidak bisa diceritakan secara rinci," paparnya ketika alasan kebanyakan peziara mengunjungi makam Eyang Balung Tunggal.
Keberadaan makam keramat Eyang Balung Tunggal lanjut Dia, justru tidak banyak diketahui oleh warga Darangdan dan Kecamatan-Kecamatan tetangga lainnya. Karena yang datang justru warga yang jauh dari lokasi pemakaman. "Mungkin karena informasi yang terbatas makanya masyaSKt Purwakarta sendiri kurang begitu mengetahui keberadaan makam ini," ujar Irat. (awk)



Cerita lainnya :